salam

Assalamua'laikum Warahmatullahi Wabarakatuh,, Hello, I'm Westi Susi Aysa and I will be an Agent of Moeslim. How about you ukh? :)

Jumat, 07 November 2014

Riwayat Hidup dan Pesan Imam Syafii Rahimatullah

Imam Syafi’i bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i, lahir di Gaza, Palestina pada tahun 150 Hijriah (767-820 M), berasal dari keturunan bangsawan Qurays dan masih keluarga jauh rasulullah SAW. dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di Abdul Manaf (kakek ketiga rasulullah) dan dari ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a. Semasa dalam kandungan, kedua orang tuanya meninggalkan Mekkah menuju palestina, setibanya di Gaza, ayahnya jatuh sakit dan berpulang ke rahmatullah, kemudian beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibunya dalam kondisi yang sangat prihatin dan seba kekurangan, pada usia 2 tahun, ia bersama ibunya kembali ke mekkah dan di kota inilah Imam Syafi’i mendapat pengasuhan dari ibu dan keluarganya secara lebih intensif.

Saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah. Setahun kemudian, kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadis pilihan juga dihafalnya di luar kepala, Imam Syafi’i juga menekuni bahasa dan sastra Arab di dusun badui bani hundail selama beberapa tahun, kemudian beliau kembali ke Mekkah dan belajar fiqh dari seorang ulama besar yang juga mufti kota Mekkah pada saat itu yaitu Imam Muslim bin Khalid Azzanni. Kecerdasannya inilah yang membuat dirinya dalam usia yang sangat muda (15 tahun) telah duduk di kursi mufti kota Mekkah, namun demikian Imam Syafi’i belum merasa puas menuntut ilmu karena semakin dalam beliau menekuni suatu ilmu, semakin banyak yang belum beliau mengerti, sehingga tidak mengherankan bila guru Imam Syafi’i begitu banyak jumlahnya sama dengan banyaknya para muridnya.

Meskipun Imam Syafi’i menguasai 
hampir seluruh disiplin ilmu, namun beliau lebih dikenal sebagai ahli hadis dan hukum karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut, pembelaannya yang besar terhadap sunnah Nabi sehingga beliau digelari Nasuru Sunnah (Pembela Sunnah Nabi). Dalam pandangannya, sunnah Nabi mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, malah beberapa kalangan menyebutkan bahwa Imam Syafi’i menyetarakan kedudukan sunnah dengan Al Quran dalam kaitannya sebagai sumber hukum islam, karena itu, menurut beliau setiap hukum yang ditetapkan oleh rasulullah pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman yang diperoleh Nabi dari pemahamannya terhadap Al Quran. Selain kedua sumber tersebut (Al Quran dan Hadis), dalam mengambil suatu ketetapan hukum, Imam Syafi’i juga menggunakan Ijma’, Qiyas dan istidlal (penalaran) sebagai dasar hukum islam.

Berkaitan dengan bid’ah, Imam Syafi’i berpendapat bahwa bid’ah itu terbagi menjadi dua macam, yaitu bid’ah terpuji dan sesat, dikatakan terpuji jika bid’ah tersebut selaras dengan prinsip prinsip Al Quran dan Sunnah dan sebaliknya. dalam soal taklid, beliau selalu memberikan perhatian kepada murid muridnya agar tidak menerima begitu saja pendapat pendapat dan hasil ijtihadnya, beliau tidak senang murid muridnya bertaklid buta pada pendapat dan ijtihadnya, sebaliknya malah menyuruh untuk bersikap kritis dan berhati hati dalam menerima suatu pendapat, sebagaimana ungkapan beliau ” Inilah ijtihadku, apabila kalian menemukan ijtihad lain yang lebih baik dari ijtihadku maka ikutilah ijtihad tersebut “.

Begitu sayangnya Imam Syafi'i kepada kita, terdapat 10 pesan yang diperuntukkan oleh kita semua.... "Umat Nabi Muhammad SAW" :

1.  Hak Kepada Diri, yaitu mengurangkan tidur, mengurangkan makan, percakapan dan merasa cukup dengan rezeki yang ada. 

2.  Hak Kepada Malaikat Maut, yaitu meminta maaf dari orang-orang yang didzolimi, membekali diri untuk mati dan merasa cinta Hanya Kepada Allah Ta'ala..

3.   Hak Kepada Kubur, yaitu membuang kebiasaan memfitnah, memperbanyak sholat tahajud dan membantu orang yang didzolimi.

4.   Hak Kepada Malaikat Munkar dan Nakir, yaitu tidak berdusta, berkata benar, meninggalkan maksiat dan saling menasehati.

5.   Hak Kepada Mizan (Neraca timbangan amalan pada hari kiamat), yaitu, menahan kemarahan, banyak berdzikir, ikhlas dan tegar menghadapi masalah atau kesulitan.

6.   Hak kepada Sirak (Titian yang merintangi neraka pada hari kiamat), yaitu, membuang tabbiat suka mengumpat, warak,suka membantu orang beriman dan suka berjamaah.

7.   Hak Kepada Malaikat Malik (Malaikat penjaga neraka), yaitu menangis lantaran takut terhadap Allah SWT, berbuat baik kepada Ibu Bapak, Bersedekah ketika terang-terangan serta sembunyi dan Memperelokkan akhlak.

8.   Hak Kepada Malaikat Ridwan (Malaikat penjaga Syurga), yaitu merasa ridho kepada ketetapan Allah, Bersabar ketika terkena musibah, bersyukur ketika di beri nikmat Allah dan bertaubat dari melakukan maksiat.

9.  Hak Kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu perbanyak bersolawat kepada Rasulullah SAW, berpegang dengan syariat, bergantung kepada Al-Sunnah (hadist), menyayangi para sahabat dan bersaing dalam mencari pahala dari Allah.

10.  Hak Kepada Allah SWT, yaitu mengajak manusia ke arah kebaikan, mencegah dari kemungkaran, menyukai ketaatan dan membenci kemaksiatan. 



Sumber : http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/01/biografi-imam-syafii.html

Ikhtiar dan Tawakkal :)

Ikhtiar Dan Tawakal

A. Pengertian Ikhtiar


Ikhtiar dalam bahasa Arab berasal dari kata khair yang artinya baik. Ikhtiar adalah berusaha sungguh-sungguh dengan menempuh jalan yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu yang berlaku dalam bidang yang diusahakan, dengan disertai doa kepada Allah agar usahanya itu berhasil.
Dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni bagaimana kita menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan pertama-tama apa yang baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan, apapun konsekuensinya dan meskipun tidak popular atau terasa berat. Larangan berputus asa telah Allah contohkan dalam kisah Nabi Ya’kub di Al-Qur’an surat Yusuf (12) ayat 87:



Artinya : “Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.
.
B. Pengertian Tawakal


Tawakal secara bahasa, berarti bersandar atau mempercayai diri. Dalam agama, tawakal adalah sikap bersandar dan mempercayakan diri kepada Allah, atau menyerahkan sepenuhnya hasil ikhtiar tersebut kepada Allah SWT.

Tawakal merupakan sikap aktif dan tumbuh hanya dari pribadi yang memahami hidup dengan benar serta menerima kenyataan hidup dengan tepat. Sebab pangkal tawakal adalah kesadaran diri bahwa perjalanan pengalaman manusia secara keseluruhan dalam sejarah kehidupan diri pribadi.

Tawakal adalah suatu sikap mental seorang yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah, karena di dalam tauhid ia diajari agar meyakini bahwa hanya Allah yang menciptakan segala-galanya, pengetahuan-Nya Maha Luas, Dia yang menguasai dan mengatur alam semesta ini. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalannya kepada Allah. Hatinya tenang dan tentram serta tidak ada curiga, karena Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.

Allah berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 159:




Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka . sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu,. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkalllah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. 

Allah juga berfirman dalam surat Ath-Thalaq (65) ayat 3:



Artinya : Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya). Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

C.  Manfaat dan Hikmah Ikhtiar dan Tawakal

Manfaat bagi orang yang melakukan ikhtiar dan tawakal:
1.      Jika orang melakukan perpaduan antara ikhtiar dan tawakal maka orang tersebut akan          lebih berani melakukan berbagai usaha.
2.      Menghapus sikap saling menyalahkan jika terjadi sebuah kegagalan.
3.      Orang akan semakin pandai dan terampil, karena setiap usaha pasti ada ilmunya dan            ada kiatnya menuju keberhasilan

Hikmah dari berikhtiar dan bertawakal:
1.      Menghilangkan rasa malas, murung dan keluh kesah
2.      Menumbuhkan harapan baru dalam hidup. Karena setiap dari satu usaha dapat                    menumbuhkan sejuta harapan. Dan dengan banyak berusaha maka akan semakin                  banyak harapan
3.      Meninggikan derajat kita dihadapan manusia dari Allah SWT.


Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammmad bersabda, yang berarti:

“Tidak ada satu makanan pun yang dimakan oleh seseorang yang lebih baik dari makanan yang diperoleh melalui usahanya sendiri. (HR. Imam Bukhari)”



"Ikhtiar dan Tawakkal merupakan SATU KESATUAN... Tidak bisa terpisahkan"

Let's check this out 



sumber : http://lulualmarjanis.blogspot.com/2013/03/ikhtiar-dan-tawakal.html